Litium, komponen kunci dalam produksi baterai yang dapat diisi ulang untuk kendaraan listrik (EV) dan teknologi lainnya, telah menjadi salah satu sumber daya yang paling dicari di dunia. Dorongan global untuk energi terbarukan dan permintaan yang meningkat untuk mobil listrik telah menempatkan litium di sorotan. Amerika Selatan, khususnya yang dikenal sebagai “Segitiga Litium” yang terdiri dari bagian Argentina, Chili, dan Bolivia, menyimpan beberapa cadangan litium terbesar di planet ini. Sementara wilayah ini telah menjadi pusat penambangan litium, ia juga menghadapi krisis yang muncul: pengurasan sumber daya air, yang sangat penting bagi lingkungan dan komunitas lokal.
Segitiga Litium dan Tantangan Airnya
Segitiga Litium terletak di dataran garam berketinggian tinggi di Pegunungan Andes, di mana deposit signifikan brine kaya litium ditemukan di bawah dataran garam yang luas. Brine ini dipompa ke permukaan, di mana litium diekstraksi, biasanya melalui proses evaporasi. Meskipun metode ini relatif murah dan efisien, ia juga memerlukan jumlah air yang sangat besar. Faktanya, untuk setiap ton litium yang diekstraksi, hingga 2 juta liter air digunakan dalam proses evaporasi. Ini telah memicu kekhawatiran tentang dampak pertambangan terhadap sumber daya air lokal, terutama di wilayah yang sudah kekurangan air.
Wilayah ini adalah rumah bagi beberapa lingkungan terkering di Bumi, termasuk Gurun Atacama di Chili, yang dikenal memiliki curah hujan terendah dari semua gurun di dunia. Dataran garam di Argentina dan Bolivia juga sangat kering, dan komunitas lokal sudah menghadapi tantangan signifikan terkait ketersediaan air. Di wilayah-wilayah ini, air tidak hanya penting untuk konsumsi manusia tetapi juga krusial untuk pertanian dan ternak.
Dampak Lingkungan
Ekstraksi brine litium memiliki dampak langsung dan seringkali menghancurkan pada ekosistem rentan di wilayah tersebut. Dengan memanfaatkan cadangan air bawah tanah untuk mengekstrak litium, operasi penambangan semakin memperburuk keseimbangan distribusi air yang sudah rapuh. Proses evaporasi yang digunakan untuk mengekstrak litium mengkonsumsi jumlah air tawar yang sangat besar, seringkali mengalihkan sumber daya dari lahan pertanian dan komunitas terdekat.
Selain itu, proses ekstraksi juga menyebabkan pencemaran lingkungan lokal. Bahan kimia berat yang digunakan dalam proses penambangan dapat meresap ke dalam air tanah, menimbulkan risiko jangka panjang bagi ekosistem. Masuknya operasi penambangan, terutama ketika diatur dengan buruk, mengancam keanekaragaman hayati yang sudah rapuh dari ekosistem berketinggian tinggi ini, yang merupakan rumah bagi spesies unik seperti flamingo dan tanaman langka.
Dampak pada Komunitas Lokal
Bagi komunitas adat dan pedesaan yang tinggal di daerah-daerah ini, penambangan litium adalah pedang bermata dua. Di satu sisi, penambangan litium membawa peluang ekonomi dan potensi penciptaan lapangan kerja. Di sisi lain, ia juga mengancam cara hidup mereka dengan menguras pasokan air yang sudah terbatas. Komunitas sering kali ditinggalkan tanpa akses ke air minum yang bersih, dan sektor pertanian juga sangat terpengaruh oleh berkurangnya ketersediaan sumber daya air.
Di Chile, misalnya, petani lokal di Gurun Atacama telah melaporkan bahwa meningkatnya permintaan akan air oleh tambang lithium telah menyebabkan penurunan tingkat air di sumur-sumur terdekat, memaksa mereka untuk beralih ke sumber air alternatif yang lebih mahal. Kisah serupa muncul dari Argentina dan Bolivia, di mana ketegangan meningkat terkait prioritas operasi penambangan di atas kebutuhan populasi lokal.
Dilema Pembangunan Berkelanjutan
Permintaan global akan lithium tidak mungkin menurun seiring dengan transisi dunia menuju masa depan yang lebih hijau dan lebih teraliri listrik. Kendaraan listrik dianggap sebagai bagian kunci dalam menghadapi perubahan iklim, dan baterai lithium adalah inti dari transisi ini. Namun, biaya lingkungan dari penambangan lithium—terutama di daerah yang kekurangan air—menjadi tantangan yang signifikan.
Untuk menyeimbangkan permintaan lithium dengan kebutuhan melindungi sumber daya air, perlu ada upaya bersama untuk menemukan metode ekstraksi yang lebih berkelanjutan. Kemajuan dalam teknologi ekstraksi lithium, seperti ekstraksi lithium langsung (DLE), sedang dieksplorasi untuk mengurangi konsumsi air dan kerusakan lingkungan. Teknologi ini, yang masih dalam tahap awal, menjanjikan efisiensi air yang lebih baik dengan memungkinkan lithium diekstraksi tanpa memerlukan kolam penguapan yang besar.
Selain itu, pemerintah, perusahaan penambangan, dan komunitas lokal harus bekerja sama untuk menerapkan regulasi yang lebih ketat mengenai penggunaan air dan untuk memastikan bahwa populasi lokal mendapat manfaat dari kekayaan yang dihasilkan oleh penambangan lithium. Model ekstraksi lithium yang lebih berkelanjutan, yang mencakup distribusi sumber daya air yang adil dan pengelolaan lingkungan yang tepat, sangat penting untuk menghindari kerugian jangka panjang bagi manusia maupun planet.
Kesimpulan: Menemukan Keseimbangan
Penambangan lithium di Amerika Selatan menawarkan peluang ekonomi yang besar tetapi juga menghadirkan tantangan lingkungan dan sosial yang signifikan. Penipisan sumber daya air adalah salah satu masalah paling mendesak, karena mengancam baik komunitas lokal maupun ekosistem rapuh yang bergantung pada cadangan air ini. Seiring dengan meningkatnya permintaan global akan lithium, sangat penting bagi semua pemangku kepentingan untuk bersatu mencari solusi berkelanjutan yang menyeimbangkan kebutuhan energi bersih dengan pelestarian sumber daya air yang vital. Tanpa upaya semacam itu, cadangan air di Amerika Selatan bisa mengalami kerusakan yang tidak dapat diperbaiki, membahayakan baik populasi lokal maupun keberlanjutan jangka panjang industri lithium itu sendiri.